Tanam Jagung Tanpa Olah Tanah |
Di ngra maju penanaman tanpa olah tanah biasanya menggunakan alat
planter. Sedangkan di Indonesia biasanya cukup menggunakan tugal. Tugal
diperlukan untuk melubangi permukaan tanah tempat benih ditanam.
Perlu
diketahui cara menanam jagung tanpa olah tanah ini tidak bisa
diterapkan di semua jenis lahan. Hanya lahan yang memiliki tingkat
kegemburan tertentu yang cocok untuk metode ini. Tanah yang keras tidak
bisa menerapkan metode tanpa olah tanah.
Biasanya metode tanpa
olah tanah cocok diterapkan di lahan sawah, bekas tanaman padi yang
telah selesai di panen. Bisa diterapkan di sawah tadah hujan maupun
sawah beririgasi teknis yang ingin menerapkan rotasi tanaman. Jerami
bekas tanaman padi sangat berguna sebagai mulsa untuk tanaman jagung.
Kelebihan dan kekurangan metode TOT (Tanpa Olah Tanah)
Cara
menanam jagung dengan metode tanpa olah tanah memiliki kelebihan dan
kekurang. Berikut ini kelebihan penerapan metode tanpa olah tanah:
- Menyingkat waktu budidaya karena petani tidak perlu melakukan pengolahan tanah terlebih dahulu.
- Menghemat ongkos tenaga kerja.
- Menghindari kerusakan tanah, karena tanah yang terlalu sering dibalik dan digemburkan akan mengalami pengerasan dalam jangka panjang. Selain itu tanah yang dibajak atau digemburkan akan terbuka, sehingga ada potensi hilangnya mineral tanah.
- Mengurangi erosi lapisan hara tanah bagian atas karena proses pengolahan.
Sementara itu kekurangan metode tanpa olah tanah antara lain:
- Ada kemungkinan tanah telah ditumbuhi gulma yang bisa mengganggu pertumbuhan tanaman.
- Karena tanah tidak dibuka ada kemungkinan sisa-sisa hama yang masih berkembang biak di atas lahan, dan bisa mengganggu pertumbuhan tanaman berikutnya.
Persiapan lahan
a. Penyiapan mulsa jerami
Langkah persiapan
yang diperlukan adalah pembersihan lahan. Bersihkan jerami sisa panen
padi dari lahan dengan cara merajang atau mencacahnya. Kemudian taburkan
secara merata di atas permukaan lahan. Jerami ini berguna sebagai mulsa
penutup tanah.
b. Penyiapan drainase
Siapkan drainase di lahan yang akan
digunakan. Drainase dibuat berbentuk garis lurus dengan jarak antar ruas
sekitar 2 meter. Tujuan pembuatan drainase ini untuk membuang kelebihan
air, karena tidak ada pengolahan tanah, seperti peninggian bedeng
tanam. Jangan sampai lahan terendam air.
c. Pembersihan gulma
Gulma menjadi faktor yang cukup mengganggu
dalam metode tanpa olah lahan. Bila laha yang kita gunakan ditumbuhi
gulma sebaiknya terapkan pembersihan gulma dengan herbisida. Apabila
gulmanya cukup banyak, gunakan herbisida sistemik yang bisa membasmi
gulma hingga ke akarnya. Silahkan gunakan merek herbisida yang sesuai
dengan kebutuhan Anda (kami tidak menyebutkan merek) dan gunakan sesuai
dengan takaran yang dianjurkan.
Setelah 3 hari kontrol kembali
lahan, apakah masih terdapat gulma atau tidak. Bila masih terdapat gulma
lakukan lagi penyemprotan. Seminggu setelah penyemprotan herbisida,
lahan siap untuk ditanami.
d. Pemupukan dan pengapuranBila bekas lahan yang digunakan
kurang subur, bisa
ditambahkan penambahan pupuk organik. Boleh
pupuk
kompos atau pupuk kandang. Pupuk ditaburkan dalam bentul larik, sesuai
dengan baris lubang tanam. Dosis pupuk organik untuk tanaman jagung
sekitar 1,5-2 ton per hektar. Bila perlu bisa lakukan pengapuran, cara
menebarkan kapur sama dengan pupuk dalam bentuk larikan. Dosis
pengapuran sekitar 300-400 kg per hektar
Tahapan penanaman
a. Penyiapan benih
Gunakan bnih
unggul yang memiliki tingkat keberhasilan tumbuh lebih dari 95%.
Penyiapan benih sebaiknya mengikuti anjuran produsen benih tersebut.
Bagi benih jagung yang bukan dari pabrikan, benih bisa disiapkan
terlebih dahulu dengan cara merendam terlebih dahulu dengan insektisida.
Gunannya agar benih terlindung dari serangan penyakit saat. Bagi benih
yang diproduksi pabrik biasanya sudah dicampur dengan insektisida,
penampakan benih biasanya berwarna merah, sehingga tidak perlu
perendaman dengan insektisida.
b. Pengaturan jarak tanam
Jark tanam untuk tanaman jagung dalam
satu baris sekitar 20 cm, sedangkan jarak antar baris 70-75 cm. Bila
bedengan yang dibuat selebar 2 meter, akan terdapat setidaknya 3 baris
tanaman jagung dalam satu bedeng.
c. Penanaman
Penanaman benih bisa dilakukan maksimal seminggu
setelah pemberian pupuk organik dan pengapuran. Lubang tanam dibuat
dengan tugal atau mesin planter. Kedalaman lubang tanam sekitar 3-5 cm.
Masukkan 2 benih jagung dalam satu lubang tanam. Kemudian tutup dengan
dengan tanah, jangat dipadatkan.
Siapkan juga tempat penyemaian
benih secara terpisah, gunanya untuk menyulam tanaman jagung yang gagal
tumbuh. Agar tanaman hasil sulaman memiliki umur yang sama dengan
tanaman yang telah ditanam di lahan.
Periksa pertumbuhan benih
setelah satu minggu. Kemudian sulam benih yang gagal tumbuh dengan bibit
yang telah disemaikan di tempat terpisah. Usahakan penyulaman dilakukan
dengan tanaman yang seumur.
d. Pemberian pupuk tambahan
Pemupukan tambahan dilakukan sebanyak
2- 3 kali dalam satu masa tanam tergantung dari tingkat kesuburan tanah
dan jenis benih yang digunakan. Jagung hibrida biasanya membutuhkan
pemupukan yang lebih banyak dibanding jagung biasa.
Jenis pupuk
yang dibutuhkan tanaman jagung harus memenuhi unsur N, P dan K. Unsur N
bisa didapatkan dari urea, unsur P dari SP-36 dan unsur K dari KCl.
Takaran pupuk untuk budidaya jagung berdasarkan anjuran Balitbangtan per
hektarnya adalah 350 kg Urea + 200 kg SP-36 + 100 kg KCl.
Bila
kesulitan mendapatkan KCL, unusr K bisa didapatkan dari pupuk NPK.
Dengan takaran sebagai berikut , 400 kg NPK 15:15:15 + 270 kg urea + 80
kg SP-36 untuk setiap hektarnya. Untuk frekuensi pemukan dua kali,
berikan pada 10 dan 35 hari setelah tanam (hst). Untuk frekuensi
pemupukan 3 kali berikan pada umur 7-10 hst, 28-30 hst dan 40-45 hst.
Pengairan
Pengairan
yang paling mudah digunakan untuk penanaman jagung di lahan sawah
adalah dengan sistem penggenangan. Bagian yang digenangi air hanya
bagian parit drainase saja bukan seluruh lahan. Caranya alirkan air ke
saluran drainase yang telah dibuat. Biarkan air meresap pada tanah
bedengan. Setelah tanah tampak basah, keluarkan kembali air dari saluran
drainase.
Ada 5 fase pertumbuhan tanaman jagung yang memerlukan
pengairan, yakni fase pertumbuhan awal, fase pertumbuhan vegetatif, fase
pembungaan, fase pengisian biji dan fase pematangan.
Panen dan pasca panen
Salah satu cara pengeringan jagung di Tuban, Jawa Timur. |
Tanaman jagung bisa dipanen sekitar 100 HST, tergantung dari jenis benih
yang digunakan. Secara fisik jagung yang siap panen terlihat dari daun
klobotnya yang mengering, berwarna kekuningan. Panen yang dilakukan
sebelum atau setelah masa fisiologinya akan berakibat pada komposisi
kimia jagung yang menentukan kualitasnya.
Setelah panen jagung
harus dikeringkan terlebih dahulu. Cara pengeringan yang paling umum
adalah dengan menjemurnya di ladang bersama-sama dengan klobotnya. Atau
bisa juga dikupas kelobotnya kemudian jagung dijemur di lantai atau di
atas terpal.
Kerusakan masih bisa terjadi saat proses pengeringan
terutama bila panen dilakukan di musim hujan. Jagung yang masih basah
sangat rentan dengan serangan jamur atau cendawan. Jamur bisa merusak
hasil panen hingga lebih dari 50%.
0 Response to "mengolah tanaman jagung langsung tanam"
Posting Komentar